Senin, 15 Maret 2010

Kebersihan Suami Istri

Kesehatan merupakan salah satu nikmat besar dari Allah yang patut dijaga di samping ia merupakan sumber ketenangan rumah tangga, bagaimana tidak demikian sementara segala aktifitas dan kegiatan kita demi menjaga kelangsungan rumah tangga tidak terlaksana dengan maksimal tanpanya, ia bukan satu-satunya sumber ketenangan rumah tangga akan tetapi percayalah bahwa tanpanya rumah tangga akan berkurang ketenangan dan kebahagiaannya sesuai dengan kadar hilangnya nikmat Allah yang satu ini.

Bayangkan diri Anda sebagai suami sementara istri sedang sakit, Anda dituntut menunaikan tugas sehari-hari istri di rumah sementara Anda juga harus menunaikan tugas Anda sebagai pencari nafkah di luar rumah, bukankah Anda akan kelimpungan? Atau sebaliknya Anda sebagai istri sementara sementara suami sedang sakit, Anda di tuntut merawat suami di samping Anda tetap harus menunaikan tugas-tugas Anda sebagai istri, belum lagi jika dengan sakitnya tersebut suami tidak bisa bekerja padahal penghasilannya tergantung kepada pekerjaannya itu, betapa kacaunya Anda.

Tidak ada jalan lain bagi suami istri agar hal seperti ini tidak terjadi selain berusaha menjaga kesehatan, karena ilmu kesehatan menyatakan bahwa kebersihan merupakan pangkal kesehatan, maka menjaga kesehatan identik dengan menjaga kebersihan dan kita semua mengetahui bahwa penyakit berikut pemicunya identik dengan kekotoran dan kejorokan.

Sebagai suami istri muslim tentunya kita telah memahami dan mengetahui bahwa kebersihan merupakan perkara yang ditekankan oleh Islam dalam kehidupan sehari-hari, ia sudah disuarakan oleh Islam sejak empat belas abad yang silam, pada zaman di mana manusia belum ada yang mengenal dasar-dasar kesehatan, disyariatkanya bersuci atau thaharah di mana ia menjadi sebuah bab tersendiri yang dikaji panjang lebar sekaligus mendetail oleh para fuqaha adalah bukti kongkrit yang berbicara tentang hal itu.

Berikut ini penulis paparkan sisi-sisi kebersihan yang patut diperhatikan oleh suami istri:

Kedua tangan

Siapa pun mengetahui bahwa tangan adalah anggota tubuh yang paling beresiko dan paling rentan terkena kotoran, hal ini karena tangan merupakan alat bekerja dan beraktifitas, hampir semua pekerjaan dan aktifitas dikerjakan dengan tangan, pada saat yang sama tangan merupakan anggota yang paling akrab dengan anggota tubuh yang lain, misalnya kita mengucek mata dengan tangan, mengupil dengan tangan, menggaruk dengan tangan bahkan apa yang kita suapkan ke mulut lalu selanjutnya masuk ke dalam perut sebagai makanan yang menjadi sumber hidup kita melalui perantara tangan.

Setelah ini silakan Anda membayangkan sendiri jika kebersihan kedua tangan tidak diberi perhatian yang memadahi oleh suami istri, bukankah ia bisa menjadi sarang kuman pemicu penyakit yang menyerang tubuh? Lebih-lebih istri yang menyiapkan makanan keluarga, jika yang bersangkutan tidak memperhatikan kebersihan kedua tangannya maka dia bisa meracuni dirinya sendiri, suami dan anak-anaknya.

Dari sini Islam mengajak umatnya memperhatikan kebersihan kedua tangan, Islam menjadikan membasuh kedua tangan sebagai salah satu sunnah wudhu, menjadikan menyentuh kelamin, bagian tubuh yang paling erat kaitannya dengan kotoran karena ia adalah saluran pembuangan –menurut pendapat yang rajih- sebagai salah satu pembatal wudhu, kalau wudhu batal maka otomatis yang bersangkutan akan membasuh tangannya pada saat wudhu berikutnya.

Islam mengajak membersihkan kedua tangan dalam kondisi di mana kita tidak mengetahui status kebersihan keduanya, dalam kondisi tidur misalnya, kita tidak memastikan keberadaan kedua tangan kita dan keduanya menyentuh apa, tidak menutup kemungkinan keduanya atau salah satunya menyentuh salah satu dari dua jalan, dari sini maka Rasulullah saw mengajak umatnya mencuci kedua tangan sehabis bangun tidur.

“Jika salah seorang dari kalian bangun dari tidurnya maka janganlah dia mencelupkan tangannya ke dalam bejana sehingga dia membasuhnya karena dia tidak mengetahui di mana tangannya bermalam.” (HR. al-Bukhari dan Muslim dari Abu Hurairah).

Islam mengajak membersihkan kedua tangan sebelum makan, hal ini bisa kita pahami dari kewajiban makan dengan tangan kanan, sebab bagaimanapun tangan kanan lebih kecil interaksinya dengan kotoran, karena pada prinsipnya tangan kanan memang digunakan untuk perkara-perkara yang baik dan bersih, dari sini pula kita mengetahui bahwa orang yang melalaikan kewajiban makan dengan tangan kanan dan dia dia makan dengan tangan kiri lebih beresiko terkena bibit penyakit karena interaksi tangan kiri dengan kotoran lebih intens.

Islam juga mengajak umatnya agar tidak membiarkan sisa-sisa makanan yang menempel di tangan tanpa membersihkannya, karena hal itu bisa menjadi perantara lahirnya kuman penyakit.

Rasulullah saw bersabda, “Barangsiapa bermalam sementara di tangannya terdapat sisa-sisa makanan lalu dia terkena sesuatu maka janganlah dia menyalahkan selain dirinya sendiri.” (HR. at-Tirmidzi dan al-Hakim, lihat Shahih al-Jami’ ash-Shaghir nomor 6115).
Kita juga mengetahui bahwa beristinja` dengan tangan kanan dilarang, karena apa yang keluar dari dua jalan merupakan kotoran yang berbahaya jika tersentuh dengan tangan kanan lalu tangan tersebut dipakai menyuapkan makanan ke dalam mulut atau menyentuh bagian tubuh lain yang sensitif, mata misalnya.

Kita mengetahui bahwa kedua tangan dengan jari-jarinya memiliki kuku yang tumbuh, di baliknya bisa tersimpan kotoran yang menjadi bibit bagi penyakit yang tidak nampak oleh mata telanjang walaupun sepintas ia bersih, akan tetapi tetap tidak ada yang bisa menjamin bahwa ia steril dari bibit-bibit penyakit.

Islam mengajak umatnya memotong kuku, Islam menjadikannya sebagai salah satu sunnah fitrah. Sabda Nabi saw, “Fitrah ada lima: khitan, mencukur bulu kelamin, menggunting kumis, memotong kuku dan mencabut bulu ketiak.” (HR. al-Bukhari dan Muslim dari Anas).

Dari sini merawat dengan cara memanjangkan kuku bukan termasuk tuntunan Islam walaupun sebagian kaum muslimin khususnya para wanita melakukannya, pelakunya menyelisihi fitrah, di samping dia lebih beresiko terjangkit penyakit akibat kuman yang tersimpan di balik kukunya. Islam memang agama yang menyayangi manusia lebih dari manusia kepada dirinya, adakah yang mengambil pelajaran? (Bersambung / Izzudin Karimi).

Mulut

Salah satu bagian tubuh yang perlu diperhatikan kebersihannya oleh suami istri adalah mulut, hal ini karena mulut merupakan satu-satunya jalan masuk bagi makanan ke dalam tubuh, karena ia adalah jalan maka secara otomatis terdapat sisa-sia makanan yang tertinggal di sana yang apabila dibiarkan akan menjadi sarang berkembangnya bibit penyakit, di samping menumpuknya sisa makanan bisa merusak gusi dan gigi. Dan yang tidak kalah pentingnya adalah aroma yang keluar dari mulut menjadi tidak sedap, membuat lawan bicara terganggu, bukankah lawan bicara terdekat kita adalah suami atau istri kita?

Tidak sampai di sini, membiarkan dan menelantarkan kebersihan mulut bisa menjadi pemicu ketidakmesraan suami istri, mengapa? Karena seperti yang telah diketahui bersama bahwa salah satu sarana kemesraan suami istri adalah kedekatan fisik yang salah satunya adalah ciuman, dan ciuman terbaik dan terkasih antara suami istri adalah ciuman bibir, kalau mencium pipi dan kening maka itu untuk anak-anak atau orang lain, untuk istri atau suami adalah yang spesial yaitu bibir.

Sekarang Anda bayangkan bagaimana perasaan Anda pada saat hendak mencium istri atau suami di bibirnya, tiba-tiba yang tercium oleh Anda adalah bau naga alias bau mulut yang terkenal sebagai salah satu bau yang tidak sedap? Mau? Terserah Anda, akan tetapi penulis yakin siapa pun tidak menyukai bau yang tidak sedap. Jika Anda tidak menginginkan hal ini untuk diri Anda, tentunya tidak adil kalau Anda menginginkannya untuk pasangan Anda.

Terkait dengan kebersihan mulut demi menjaga baunya agar senantiasa netral maka penulis menyarankan jika Anda adalah suami perokok maka segera hentikan, karena kasihan istri Anda, pada saat Anda menyorongkan bibir ke bibirnya, itulah saat-saat yang sangat menyiksanya tetapi dia tidak berani menolak, hendaknya suami perokok menyadari, kalau istri bisa memilih antara perokok dengan bukan perokok pasti dia akan memilih yang kedua, sebab dia bisa menikmati, tanpa takut bau rokok yang busuk itu, ciuman mesra dari suami.

Dari sini Rasulullah saw mengajak umatnya membersihkan mulut dengan alat yang ada pada masa beliau bahkan tetap yang terbaik sampai saat ini yaitu siwak setiap saat, beliau menyatakan bahwa di samping bersiwak itu mendatangkan ridha ar-Rabb, ia juga menyucikan mulut.

Dari Aisyah bahwa Nabi saw bersabda, “Siwak itu menyucikan mulut, mendatangkan ridha Rabbi.” (HR. an-Nasa`i, Ibnu Khuzaemah, Ibnu Hibban dan al-Bukhari secara muallaq, dishahihkan oleh al-Albani dalam Shahih at-Targhib wa at-Tarhib nomor 209).

Beliau juga menegaskan pentingnya bersiwak pada kondisi-kondisi tertentu seperti pada saat berwudhu, pada saat hendak shalat, pada saat membaca al-Qur`an dan pada saat bangun malam. (Pembaca bisa merujuk link fikih dalam situs ini, penulis telah menjelaskan masalah ini di sana).

Imam al-Bukhari meriwayatkan dari Hudzaefah berkata, “Apabila Nabi saw bangun malam beliau membersihkan mulutnya dengan siwak.”

Dari kebiasaan Nabi saw yang bersiwak setiap bangun malam para fuqaha menyatakan bahwa siwak ditekankan pada saat bau mulut berubah di mana salah satu sebab perubahannya adalah tidur. Dan perubahan bau mulut tidak hanya karena tidur, bisa karena makan sesuatu yang memang berbau, bisa karena diam yang lama, bisa karena minum sesuatu, atau hal-hal lain, dalam kondisi-kondisi inilah siwak ditekankan.

Sebagai suami muslim atau istri muslimah, jika Anda menjaga kebersihan mulut dengan bersiwak atau menggosok gigi, di samping Anda mendapatkan manfaat kesehatan, Anda juga mendapatkan manfaat ibadah, dan terkait dengan hubungan Anda dengan pasangan, Anda bisa menikmati salah satu kenikmatan halal rumah tangga yaitu ciuman bibir suami atau istri tanpa risih dan terganggu oleh bau “harum” dari pasangan. Pastikan Anda melakukannya.

Hidung

Salah satu bagian tubuh yang layak diberi perhatian terhadap kebersihannya adalah hidung, karena ia merupakan saluran nafas dan kita semua telah mengetahui bahwa tidak semua udara yang kita hirup melalui hidung bersih, ada udara-udara kotor yang mau tidak mau kita menghirupnya, kecuali jika kita mau tidak bernafas, khususnya bagi Anda yang tinggal di kota-kota besar di mana udaranya sudah tercemar oleh berbagai limbah dan Anda tidak mungkin istirahat bernafas.

Udara yang kita hirup, yang tidak steril dari pencemaran ini meninggalkan endapan-endapan dalam lorong hidung yang akan menimbulkan masalah atau penyakit di kemudian hari jika tidak dibersihkan. Di sinilah kita sebagai muslim patut berbangga kepada Islam karena ia telah mensyariatkan istinsyaq, menghirup air ke hidung untuk membersihkannya, pada saat-saat tertentu, misalnya pada saat berwudhu atau pada saat bangun tidur.

Dari Abu Hurairah dari Nabi saw bersabda, “Barangsiapa siapa berwudhu maka hendaknya dia beristintsar.” (HR. al-Bukhari).

Dari Abu Hurairah bahwa Nabi saw bersabda, “Jika salah seorang dari kalian bangun dari tidurnya maka hendaknya dia beristintsar tiga kali karena setan bermalam dalam lorong hidungnya.” (HR. al-Bukhari dan Muslim).

Rambut

Rambut merupakan salah satu perhiasan bagi manusia sekaligus pelindung bagi kepala, tanpa perhatian dan perawatan: disisir, dibersihkan dan dicuci, ia tidak akan tumbuh baik dan alami, bahkan ia mungkin rusak, tidak sampai pada batas ini, membiarkan rambut tanpa dibersihkan menjadikannya sebagai sarang bagi debu dan keringat yang pada akhirnya berubah menjadi daki, selanjutnya kulit kepala menebal lalu muncul gata-gatal yang jika digaruk mungkin mengakibatkan lecet, di samping itu tumpukan daki ini bisa melahirkan kutu yang membuat kepala menjadi sangat tidak nyaman.

Rambut dalam kehidupan suami istri memiliki peran dalam menjaga kedekatan dan kemesraan, bukankah ada ungkapan, “Kubelai rambutmu.” Membelai rambut merupakan salah satu ekpresi cinta kasih suami kepada istri atau sebaliknya, oleh karena itu rata-rata pria lebih menyukai wanita yang berambut panjang sehingga dia bisa membelainya sebagai bahasa perhatian dan kasih sayang kepadanya, sekarang bayangkan jika rambut yang Anda belai kusam, awut-awutan,kumal dan berbau? Jika Anda sebagai suami atau istri, penulis yakin Anda pasti malas melalukannya, padahal dengan itu suami atau istri telah kehilangan salah satu bahasa cinta kepada pasangannya.

Ada satu lagi ekspresi kasih sayang dan kemesraan suami istri yang berhubungan dengan rambut yaitu berpelukan, jika suami istri berpelukan maka posisi kepala istri biasanya di dada atau di leher suami, hal ini karena pada umumnya wanita lebih pendek postur tubuhnya daripada laki-laki, dalam kondisi demikian maka yang berada di depan hidung adalah kepala dengan rambutnya, bagaimana jika rambut itu selama satu minggu tidak di cuci? Silakan dinikmati, anggaplah itu sebagai bagian Anda, itu kalau Anda setuju.

Ada satu lagi ekspresi kasih sayang dan kemesraan suami istri yang berhubungan dengan rambut yaitu menyandarkan kepala di dada, ini bukan saja kesukaan suami, tetapi istri juga menyukainya, biasanya istri melakukan ini sebagai wujud dari kemanjaannya atau karena dia merasa aman dengan perlindungan dari suami, maka dia mengungkapkannya dengan menyandarkan kepalanya ke dada suami.

Kalau bagi suami, perkara menyandarkan kepala adalah salah satu kesukaannya, karena di samping dia tidak mendapatkan tempat lain dan itu merupakan tempat yang paling pas, adakah menyandarkan kepala di punggung atau di kaki atau di tempat lain? Suami juga mendapatkan kedamaian, ketenangan, belaian kasih dan hal lain yang hanya diketahui dan dirasakan oleh suami sendiri.

Nah, dalam posisi suami atau istri menyandarkan kepala di dada, apa yang ada di depan hidung Anda? Bagaimana jika kepala pasangan berbau tengik karena dia lalai dalam merawat dan memperhatikan rambutnya? Bisa dipastikan acara menyandarkan kepala di dada tidak berlangsung lama, bahkan langsung bubar pada saat itu juga. Sebaliknya jika rambut pasangan harum, lembut dan teratur maka Anda akan merasakan betapa pendeknya waktu, atau bisa-bisa Anda melupakan yang lain, tidak perlu khawatir masih ada kesempatan di depan, perkaranya ada di tangan Anda.

Dengan keterangan penulis ini masihkah Anda wahai suami muslim, wahai istri muslimah, menyia-nyiakan dan menelantarkan rambut Anda?

Kalau begitu penulis akan menambahkan keterangan tentang perkara ini dengan menukil sebagian hadits-hadits Rasulullah saw yang mendorong dan mengajak seorang muslim agar memperhatikan dan menata rambutnya, penulis berharap pembaca mengetahui betapa sempurna dan luhurnya agama Islam, sampai urusan rambut tidak luput dari perhatiannya, hal ini semata-mata agar setiap muslim berpenampilan bersih dan rapi sebagai cermin bagi agamanya yang memang mengajak kepada kebersihan.

Imam Abu Dawud meriwayatkan dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah saw bersabda, “Barangsiapa memiliki rambut maka hendaknya dia memuliakannya.” Memuliakan rambut adalah dengan menyisir dan membersihkannya.

Dari Abu Qatadah bahwa dia mempunyai rambut yang tebal, dia bertanya kepada Nabi saw, maka beliau memintanya agar merawatnya dan menyisirnya setiap hari. (HR. an-Nasa`i).

Dua jalan

Siapa pun mengetahui bahwa dua jalan: depan dan belakang merupakan saluran pembuangan bagi sesuatu yang najis dan kotor, hasil dari proses kerja tubuh terhadap apa yang diserapnya, yang keluar dari dua jalan ini di samping kotor dan najis, ia juga mengandung banyak mikroba dan virus yang membahayakan lebih-lebih yang keluar dari jalan belakang, di samping itu letak kedua anggota ini yang berada pada lipatan tubuh membuatnya menjadi tempat mengendapnya keringat yang memicu bau yang tidak sedap.

Dari sini maka perhatian terhadap kebersihan kedua anggota tubuh ini merupakan keharusan atas setiap muslim yang tidak mungkin di tawar, karena jika tidak maka yang bersangkutan di samping sangat riskan terjangkit penyakit, dari sisi agama dia telah melalaikan salah satu kewajibannya yaitu beristinja`, perlu diketahui bahwa melalaikan istinja` adalah salah satu sebab azab kubur.

Dari Ibnu Abbas bahwa Nabi saw melewati dua kuburan, beliau bersabda, “Keduanya di azab dan keduanya tidak di azab karena sesuatu yang berat, yang pertama karena dia tidak menutupi diri dari kencing.” Dalam sebuah riwayat, “Tidak membersihkan diri dari kencing.” (Shahih al-Jami’ ash-Shaghir nomor 2440 dan 2441).

Islam sendiri sebagai agama kebersihan telah mengajarkan kepada umatnya bagaimana membersihkan diri dari dua kotoran ini, karena penulis telah memaparkan perkara ini di tempat lain maka di sini penulis tidak mengulangnya. (Pembaca bisa merujuk apa yang penulis paparkan tentang istinja` dalam situs ini di link fikih).

Dalam kehidupan suami istri kebersihan dua jalan merupakan perkara yang sangat penting, lebih-lebih jalan depan, lebih-lebih punya istri, suami istri mana pun mengetahui mengapanya, maka penulis tidak perlu berkata menjelaskannya, hanya saja penulis ingin menurunkan sebuah petunjuk Nabi saw tentang pentingnya menjaga jalan depan bagi istri lebih-lebih setelah dia menyelesaikan tamu bulanannya, ini harus di perhatikan oleh para istri demi suami, sebab kita semua mengetahui bahwa selama tamu bulanan istri hadir, suami harus libur dan istirahat, dia harus bersabar menunggu masa suci istri, begitu masa ini tiba lalu suami mendapatkan istri dalam keadaan bersih dan harum, jelas hal ini menambah cinta suami kepadanya, sebaliknya setelah satu minggu menunggu ternyata pada diri istri tidak ada perbedaan kecuali hanya dalam boleh dan tidaknya melakukan, bisa-bisa keinginan suami menurun.

Imam Muslim meriwayatkan dari Aisyah bahwa Asma` bertanya kepada Rasulullah saw tentang bersuci dari haid, Rasulullah saw menjelaskan, “Hendaknya salah seorang dari kalian mengambil air dengan daun bidara, lalu dia bersuci dengan baik, lalu mengguyur kepalanya seraya menggosok-ngosok kepalanya sehingga air membasahi kepalanya, lalu mengguyurkan air ke kepalanya, setelah itu dia mengambil kapas yang telah diolesi wewangian dan bersuci dengannya.” Dia bertanya, “Bagaimana bersuci dengannya?” Nabi saw menjawab, “Subhanallah, bersucilah dengannya.” Aisyah berkata, “Sepertinya dia belum mengerti, aku berkata kepadanya, ‘Bersihkanlah bekas-bekas darah dengan kapas itu.” Wallahu a'lam.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Selama anda membaca tulisan dalam blog ini, maka silahkan komentari.