Sabtu, 20 Maret 2010

Pentingnya Ilmu Dalam Pernikahan

BERGERAKLAH & BERBUAT SESUAI PERAN

”Dan Katakanlah: ’Bekerjalah kamu, Maka Allah dan rasul-Nya serta orang-orang mukmin akan melihat pekerjaanmu itu, dan kamu akan dikembalikan kepada (Allah) yang mengetahui akan yang ghaib dan yang nyata, lalu diberitakan-Nya kepada kamu apa yang telah kamu kerjakan’.” (QS. At Taubah : 105)

Pada tahun 607 H di Damaskus, tersebutlah seorang muslimah shalehah bernama Maisun yang belum lama ditinggal mati oleh empat saudaranya yang syahid dalam perang salib. Sebagai wanita, tak banyak yang dapat ia lakukan untuk membantu peperangan, namun ia merasa perlu melakukan sesuatu melihat penduduk Damaskus kala itu banyak yang berdiam diri karena merasa belum diserang. Ketika para wanita hadir berkumpul untuk memberikan bela sungkawa dan ta’ziyah, maka ia berkata kepada mereka, “Wahai saudariku, kita tidak diciptakan sebagai laki – laki untuk membawa pedang, tetapi jika para laki – laki takut untuk berperang, maka kitapun tak akan lemah untuk melakukannya. Demi Allah, inilah rambutku, harta paling berharga yang aku miliki. Akan aku jadikan tali kendali kudaku saat berperang di jalan Allah, semoga aku dapat menggerakkan orang yang hatinya telah mati.”

Maisun mengambil gunting dan memotong rambutnya, lalu para wanitapun melakukan hal yang sama. Kemudian mereka duduk untuk mengepangkan rambut agar menjadi tali kekang dan pengikat kuda perang yang kuat. Setelah itu mereka mengirim tali kekang dan ikatan tersebut kepada khatib masjid jami’ Al Umawi, Sabt Ibnul Jauzi yang kemudian membawanya ke masjid pada hari Jum’at. Sabt Ibnul Jauzi duduk di mihrab, dipegangnya tali serta ikatan itu sementara air matanya mengalir dan wajahnya pucat membiru. Orang – orang memperhatikan kejadian itu dan melihat satu sama lain. Ia kemudian berdiri dan berkhutbah dengan kata – kata yang mengobarkan semangat dan membakar hati orang yang mendengarnya. Berikut adalah beberapa kalimat yang masih dikenang oleh banyak perawi.

”Wahai orang yang diperintahkan kepada mereka oleh agamanya untuk berjihad, sehingga dapat menaklukan dunia dan memberi petunjuk kepada seluruh manusia ke dalam agamanya, namun mereka berdiam diri sehingga musuh menaklukan negara mereka dan menyebarkan fitnah ke dalam agamanya! Wahai orang – orang yang nenek moyang mereka menjual jiwa mereka kepada Allah untuk dibayar dengan surga. Mereka membeli surga dengan ketamakan jiwa yang kecil dan kelezatan hidup yang hina!

Wahai manusia! Mengapa kalian melupakan agama kalian? Kalian tinggalkan kemuliaan dan berpaling dari menolong agama Allah, sehingga Allah pun tidak akan menolong kalian. Kalian menganggap kemuliaan hanya bagi orang – orang musyrik, padahal Allah telah menjadikan kemuliaan hanya bagi Allah, Rasul-Nya dan orang – orang beriman. Celaka kalian semua! Apakah pemandangan musuh Allah dan musuh kalian telah membuat kalian sakit dan jiwa kalian menjadi sedih? Mereka melangkah untuk merampas tanah kalian yang disirami oleh darah bapak – bapak kalian… Mereka hendak menghinakan dan memperbudak kalian, padahal kalian adalah pemimpin dunia!

Tidakkah menggerakan hati kalian dan membangkitkan semangat kalian bahwa saudara kalian telah terkepung musuh dan merasakan beraneka macam siksaan?! Apakah di negeri ini ada orang Arab?! Apakah di negeri ini ada seorang muslim?! Apakah di negeri ini ada manusia?! Orang Arab pasti membantu orang Arab lainnya, seorang muslim pasti membantu orang muslim lainnya dan manusia pasti memberikan kasih sayang kepada manusia lainnya.

Maka barangsiapa yang tidak tergerak untuk membela Palestina, dia bukanlah orang Arab, bukan seorang muslim dan bukan manusia! Apakah kalian makan, minum dan bersenang – senang, sedangkan saudara kalian menghadapi berbagai penyiksaan, menerjuni kobaran bara api dan tidur di atas bara api?

Wahai manusia, kecamuk peperangan telah berputar, seruan jihad telah memanggil dan pintu – pintu langit telah terbuka. Jika kalian tidak termasuk pasukan perang berkuda, maka izinkanlah para wanita untuk menerjuni kancah peperangan ini. Pulanglah kalian lalu ambilah kompor dan tempat masak kalian… Ambilah kerudung dan jepitan rambut, wahai para wanita!!

Pertama… ambilah kuda perang dan inilah tali kendali dan tali kekangnya. Wahai manusia… tahukah kalian dari apakah tali kendali dan ikatan ini dibuat? Tali dan ikatan ini dibuat oleh para wanita dari rambut mereka karena mereka tidak memiliki sesuatu yang dapat mereka berikan untuk Palestina. Demi Allah inilah tali kepang yang memabukkan, yang tidak dapat dipandang hanya dengan pandangan matahari yang selalu terjaga.

Mereka menjalin tali ini karena sejarah kecintaan telah berakhir. Sejarah baru tentang perang suci telah dimulai, perang di jalan Allah serta perang mempertahankan tanah dan kehormatan. Jika kamu tak mampu memberikan kudamu, maka ambilah tali ini dan untailah menjadi kepangan dan sanggul. Inilah wujud perasaan wanita, masihkah tersisa perasaan dalam diri kalian?”

Dia menyampaikan khutbahnya dari atas mimbar di hadapan banyak orang dan berteriak, ”Terbelahlah wahai kubah An Nasr, runtuhlah wahai tiang – tiang masjid, dan terangkatlah wahai tumpukan batu, para laki – laki telah kehilangan keberanian mereka!!!” Terdengarlah teriakan manusia yang belum terdengar sebelumnya, mereka meloncat mengharap kematian sebagai syahid. Maka datanglah kemenangan yang nyata aras usaha seorang wanita yang telah membangkitkan umat dari tidurnya…
* * *
Saudaraku, saya tidak hendak mengupas tentang peran muslimah dalam membangun peradaban, hanya sebuah pengingatan bahwa suatu kesuksesan hanya dapat diraih dengan perbuatan.

Suatu impian besar hanya dapat diwujudkan dari sinergitas komponen – komponen penyusunnya dalam kontribusinya sesuai peran. Sesungguhnya kemenangan takkan tercipta dari sikap berpangku tangan, harus ada gerak dalam kontribusi sesuai peran. Harus ada wanita seperti Maisun dan laki – laki seperti Sabth Ibnul Jauzi. Dan sesungguhnya sikap berdiam diri bukan hanya tidak produktif dan melemahkan perjuangan bahkan kontraproduktif ibarat menembakkan peluru ke dada saudara – saudara kita…

Saudaraku, sesungguhnya Allah mengetahui kekurangan diri kita dan kelemahan amal kita, namun itu bukan alasan untuk meninggalkan kontribusi kita. Seorang Maisun tidak diminta untuk terjun langsung ke medan perang, namun bukan berarti tidak ada yang dapat dilakukan. Seorang Sabth Ibnul Jauzi juga hanya berkewajiban menyampaikan dan mengingatkan sesuai dengan peran yang diembannya.

Sesungguhnya Allah tidak membebani kita di luar kemampuan kita. Kita hanya dituntut berbuat sebatas kemampuan optimal kita, tidak lebih. Jika seorang Abu Bakar dapat menginfaqkan seluruh hartanya fisabilillah dengan hanya menyisakan Allah dan Rasul-Nya untuk keluarganya, mungkin kita belum dituntut berkontribusi sejauh itu, namun bukan berarti tidak ada kontribusi sama sekali.
Saudaraku, mari kita bergerak dan berkontribusi sesuai kemampuan optimal kita….
Wallahu a’lam bi shawwab

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Selama anda membaca tulisan dalam blog ini, maka silahkan komentari.