Kamis, 11 Februari 2010

Dialog-dialog Jiwa

Hidup ini perjuangan. Hidup ini ujian. Bahkan dalam perjalanan hidup yang kita lalui ini, penuh aral malang melintang. Kita juga dihadapkan dengan musuh terbesar yang setiap saat bisa menjerumuskan. Dialah hawa nafsu.

Dalam hidup ini, terkadang, permasalahan satu belum usai dan tuntas, datang lagi masalah-masalah lain yang tak kalah pelik dan kusutnya. Kita sebagai manusia yang sangat lemah tak kan pernah bisa menyelesaikan masalah-masalah tersebut seorang diri. Dibutuhkan dialog-dialog jiwa yang tulus lagi suci untuk menyelesaikannya.


Saudaraku…
Dialog-dialog jiwa itu tak lain adalah doa dan pujian yang kita lantunkan kepada-Nya setiap saat, setiap waktu sepanjang hayat kita masih dikandung badan. Dengan dialog-dialog jiwa yang tulus itu diharapkan hidup yang semula terasa berat akan ringan. Hidup yang semula penuh dengan cobaan menghadang. Akan segera sirna tergantikan oleh kebahagiaan. Mengapa? Karena disana ada campur tangan Ilahi. Tanpa-Nya, tak mungkin kita bisa melerai berbagai permasalahan dalam hidup kita.

Dengan dialog-dialog jiwa yang tulus itulah hari-hari yang kita lalui menjadi semakin bermakna, penuh bobot. Kita pun diberi-Nya petunjuk untuk bisa memahami kemana dan apa tujuan hidup kita yang sebenarnya. Pandangan kita mampu melihat fenomena apa yang terkandung di balik suatu peristiwa. Termasuk kumpulan aib dan dosa-dosa diri yang sudah lama mengarat.

Saudaraku….
Jangan tinggalkan dialog-dialog jiwa kita kepada-Nya. Sebab kita tak kan pernah mampu memikul dan memecahkan sekecil apapun masalah yang dihadapi. Jangan tinggalkan dialog-dialog jiwa sebab Dia akan bersedih melihat kecongkaan yang kita tebar kepada-Nya.

Kita sangat lemah saudaraku….
Kita tak kan pernah mampu mencari solusi dari satu persoalan pun kecuali dengan pertolongan-Nya. Apalah artinya diri kita. Kita hanya setitik debu yang sangat mudah teromabang-ambing oleh permasalahan kecil yang termat sepele sekalipun. Lebih dari itu, kita hanya setetes air. Ya, air yang begitu hina.

Yakinkan diri ini bahwa Allah pasti akan mengabulkan setiap dialog jiwa yang kita jalin hanya kepada-Nya. Jangankan kita saudaraku…syaithan makhluk terkutuk saja ketika ia melakukan dialog jiwa kepada-Nya agar ia dikekalkan hidupnya di dunia ini, juga dikabulkan. Apalagi kita yang memang diciptkan sebagai wakil [khalifah]Nya di muka bumi fana ini.

Saudaraku…
Agar dialog-dialog jiwa kita didengar dan ditanggapi oleh Allah, maka yang pertama dan paling utama harus kita perhatikan adalah dari mana sumber rezeki selama ini yang kita dapat. Dari mana sesuap nasi yang masuk ke dalam perut kita ini. Dari jalan yang bersihkah [halal] atau justru dari jalan yang kotor [haram]?

Suatu ketika, dikisahkan ada seseorang lelaki yang telah menempuh perjalanan begitu jauh, berambut kusut, dan pakaiannya penuh dengan debu. Lalu ia mengangkat kedua tanganya menengadahkan keduanya ke langit seraya berdoa, “Wahai Tuhanku…wahai Tuhanku…sedangkan makanan dan minumannya diperoleh dari jalan yang haram, serta perutnya dikenyangkan dengan barang yang haram, maka bagaimana mungkin doa-doanya akan dikabulkan.” [HR. Muslim].

Kita perlu muhasabah [introspeksi]. Kita perlu menghitung-hitung diri kita selama ini. Sudahkah kita mengumpulkan rezeki dari jalan yang diridhoiNya? Jika rezeki yang kita kumpulkan diperoleh bukan dari jalan yang benar, maka wajarlah mengapa terkadang dialog-dialog jiwa kita jarang diijabah.

Untuk mengais rezeki yang halal di jaman ini memang tidak mudah saudaraku? Tapi dengan dialog jiwa tulus yang penuh kesungguhan serta diiringi ikhtiar yang penuh mujahadah, insya Allah rezeki itu akan datang dengan sendirinya.

Jangan kita tergoda dengan kemilau dunia. Sebab ia hanya pancaran cahaya sesaat. Atau ia hanya fatamorgana yang menyilaukan setiap mata yang memandang ke arahnya. Perkuat hati kita dengan sebenar-benar pemahaman. Kuatkan akal dan fisik kita dengan sumber-sumber yang halal. Agar setiap dialog-dialog jiwa yang kita haturkan kepadaNya bisa menjadi sebuah kenyataan.

Saudaraku….
Mari berbenah. Berbenah untuk menjadi lebih baik. Banyak waktu yang begitu tepat untuk melakukan dialog-dialog jiwa dengan-Nya. Di antara waktu-waktu yang Dia berikan secara khusus pada kita adalah saat-saat dimana manusia terlelap tidur [1/3 atau ¼ malam].

------------
Cls. Rabu,25rabiulawal1426h

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Selama anda membaca tulisan dalam blog ini, maka silahkan komentari.