Selasa, 23 Februari 2010

Mengutamakan Orang Lain

Mengutamakan Orang Lain
Alkisah, ketika pembebasan Mekkah, Ikrimah bin Abu Jahal termasuk orang yang dihukum mati. Namun, karena sifat pemaaf Rasulullah SAW, Ikrimah yang saat itu melarikan diri akhirnya diampuni oleh Rasulullah SAW seraya bersabda, "Ikrimah bin Abu Jahal akan datang ke tengah-tengah kalian semua sebagai mukmin dan muhajir."


Tak berapa lama, Ikrimah dan isterinya hadir di majelis Rasulullah SAW. Dihadapan Nabi SAW, Ikrimah berbaiat. Lalu dia bersumpah, "Demi Allah, tidak satu dirham pun dana yang dulu kukeluarkan untuk memberantas agama Allah (Islam) di masa lalu, melainkan mulai saat ini akan kutebus hartaku berlipat ganda demi agama Allah. Tak seorang mukmin yang gugur di tanganku dulu, melainkan hari ini akan ku tebus dengan membunuh kaum musyrikin berlipat ganda."

Ternyata Ikrimah menepati janjinya. Ketika terjadi perang Yarmuk (melawan tentara Romawi), Ikrimah dan dua sahabatnya (Al Harits bin Hisyam dan 'Ayyasy bin Abi Rabi'ah) terkapar dalam keadaan kritis. Ketiganya menderita luka yang sangat parah. Karena rasa dahaga yang sangat, Ikrimah meminta minum. Ketika air telah didekatkan ke mulutnya, ia mendengar 'Ayyasy merintih minta minum juga. Lalu kata Ikrimah, "Berikan dulu kepada 'Ayyasy." Pada saat air itu didekatkan ke mulut 'Ayyasy, dia mendengar sahabatnya, Al Harits pun meminta minum. "Berikan dulu kepadanya," ujar 'Ayyasy. Ketika air itu diberikan kepada Al Harits, ternyata dia telah meninggal. Lalu sahabat yang memberi air minum itu segera kembali kepada Ikrimah dan 'Ayyasy. Tetapi keduanya pun sudah meninggal. Akhirnya ketiga sahabat itu meninggal tanpa minum air sedikit pun.

Sepenggal kisah di atas mengajarkan kepada kita tentang betapa agungnya sebuah persaudaraan yang dibalut keimanan. Ketulusan untuk lebih mengutamakan kepentingan orang lain (saudara) dan mengakhirkan kepentingan pribadi walau sangat membutuhkan merupakan perkara mulia yang hari ini sulit ditemukan. Orang yang benar imannya, tentu lebih cinta kepada saudara melebihi cintanya kepada diri sendiri. Ia rela berkorban apa saja demi menolong saudaranya. Dalam kisah Ikrimah di atas, lebih baik dirinya yang merasakan dahaga asal saudaranya minum.

Nah, sekarang, di jaman yang serba konsumtif dan permisif ini, adakah persaudaraan yang suci itu? Kalau pun ada, mampukah kita menjaga dan mempertahankannya dari kehidupan yang semuanya serba diukur dengan materi ini? Semua tetap kembali bagaimana setiap kita mengkondisikan hati masing-masing.

Yang lebih penting lagi adalah adanya teladan dari para pemimpin negeri ini untuk lebih mengutamakan kepentingan rakyat jelata di atas kepentingan diri, keluarga, dan kelompoknya. Sebab bagaimanapun, ibarat kata pepatah, "guru kencing berdiri, murid kencing berlari". Tak bisa dipungkiri, bangsa ini adalah bangsa yang paternalistik. Bangsa yang mengutamakan senioritas. Jadi, kepada para pemimpin, utamakanlah kepentingan rakyat miskin. Lihat, setiap hari pengemis di jalan-jalan kian marak. Anak putus sekolah semakin membludak. Angka kriminalitas semakin menggurita. Semua itu adalah salah satu akibat dari sifat yang lebih mengutamakan kepentingan perut, keluarga dan golongan.

Seandainya para pemimpin, dan konglomerat yang di negeri ini 'punya hati nurani' untuk menyisihkan sebagian rezekinya, tentu tidak akan ada lagi pengemis-pengemis yang bergentayangan di jalan, orang tua yang membutuhkan pertolongan untuk mengobati anaknya yang sakit, dan anak-anak yang putus sekolah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Selama anda membaca tulisan dalam blog ini, maka silahkan komentari.