Minggu, 21 Februari 2010

Kekuatan Sikap

“Barangsiapa hari ini lebih baik dari hari kemarin, maka ia telah beruntung. Barangsiapa hari ini sama dengan hari kemarin, maka ia merugi. Dan barangsiapa hari ini lebih buruk dari hari kemarin, maka ia terlaknat”[Al Hadis].


Sebuah penelitian yang dilakukan oleh Harvard University mengatakan bahwa seseorang mendapatkan pekerjaan, 85 % keberhasilannya disebabkan oleh sikap mereka, dan hanya 15 % dipengaruhi kepandaian dan pengetahuan mereka.

Mengapa sikap? Sebab sikap merupakan cerminan diri kita yang sesungguhnya. Akarnya ke dalam dan buahnya keluar. Sikap bisa menjadi sahabat yang baik atau musuh terbesar. Karena sikaplah yang bisa mendekatkan orang lain pada kita atau menjauhkan mereka. Sikap adalah kumpulan pengalaman masa lalu, kenyataan hari ini dan kesuksesan masa depan.

Sikap kita menunjukkan pada dunia, apa yang kita harapkan dari kehidupan. Kemampuan adalah adalah apa yang mampu kita lakukan. Motivasi menentukan apa yang kita lakukan. Sikap menunjukkan seberapa baik kita melakukan sesuatu. Sikap berbicara lebih banyak dari sekedar kata-kata. Sikap menentukan hubungan orang lain pada kita. Sikap kita ditentukan oleh apa yang berulang-ulang kita perbuat. Inilah yang disebut kebiasaan.

Hal-hal yang mempengaruhi sikap

Ada beberapa hal yang mempengaruhi kita membentuk sikap. Pertama, pengalaman [experience]. “Guru yang terbaik adalah pengalaman,” demikian ujar Ali bin Abi Thalib ra. Karena itu, prilaku kita akan berubah seirama pengalaman mengarungi dan menapaki peristiwa. Pengalamanlah yang mempengaruhi kita untuk mendapatkan suplai informasi yang ada dalam otak.

Daya kemampuan menyimpan, mengingat dan menganalisa data pada diri kita, atau sering disebut pengetahuan [knowledge] sangat menentukan dalam proses pengambilan keputusan [decision making]. Karena memang pengetahuan adalah sebuah kekuatan. Pengetahuan sebuah informasi.

Kedua, lingkungan [environment]. Sesungguhnya setiap anak itu terlahir dalam keadaan fitrah, hingga orang tuanya yang menjadikannnya Yahudi, Nasrani dan Majusi. Rangkaian hadis yang kurang lebih bermakna bahwa lingkungan [salah satunya orang tua] sangat mempengaruhi sikap kita. Lingkungan positif, akan membawa kenyamanan dan kebahagiaan.

Orang yang memiliki sikap negatif, cenderung sulit mempertahankan hubungan persahabatan, tali pernikahan, dan pekerjaan. Tak heran bila konsekuensinya sering kali ia mengalami stress, penyesalan mendalam, kebimbangan, dan semakin memburuknya kesehatan.

Suasana hati sikap kita bila ia baik, maka baik seluruhnya. Bila ia buruk, maka buruk seluruhnya. Perhatikanlah lintasan hatimu, maka engkau akan memetik pikiranmu, perhatikanlah pikiranmu, maka engkau akan memetik lisanmu. Perhatikanlah lisanmu, maka engkau akan memetik sikapmu. Perhatikanlah sikapmu, maka engkau akan memetik kebiasaanmu. Perhatikanlah kebiasaanmu, mak engkau akan memetik karakter [akhlak]mu, itulah dirimu.
Berbagai rangkaian di atas menunjukkan betapa sikap dan karakter sangat ditentukan sejauh mana kita bisa mengendalikan hati. Dalam hal ini kita bisa belajar dari sikap alam, mengenai hokum tanam dan tuai;

a]. Miliki niat, keinginan, kehendak untuk menanam. Inilah titik awalnya. “Maka bertebaranlah kamu di muka bumi, dan carilah karunia Allah dan ingatlah Allah. Semoga kamu beruntung.” [Qs. Al Jumu’ah: 10]

b]. Siapa menanam, dia menuai. “Dan orang yang beriman dan beramal shaleh, mereka itu penghuni surga, mereka kekal di dalamnya.” [Qs. Al Baqarah: 82]

c]. Kita harus menanam, baru akan menuai. Usaha dulu. Kita harus memberi dulu baru akan menerima. “Allah tidak akan membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya.” [Qs. 2: 286]

d]. Apa yang kita tanam, itulah yang akan kita tuai. Jika menanam padi, maka kita akan menikmati padi bukan gandum. “Jika kamu berbuat baik, maka kamu berbuat baik bagi dirimu sendiri. Jika kamu berbuat jahat, maka kejahatan itu bagi dirimu sendiri.” [Qs. Al Isra: 7]

e]. Jika kita menanam sebutir benih padi, maka kita tak hanya mendapatkan sebutir buahnya, tapi berlipat ganda. [Qs. 2: 261]

f]. Seorang petani tahu bahwa ia tak menabur dan menuai di hari yang sama.

g]. Ada musim semi, ada musim gugur. Persiapkan bekal. “Wahai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah, dan hendaknya tiap-tiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok. Dan bertakwalah.” [Qs. Al Hasyr: 18]

h]. Rumput liar akan menyertai tanaman yang tumbuh. Waspadalah, pangkaslah. “Apakah manusia mengira mereka dibiarkan begitu saja mengatakan aku beriman sedang mereka belum di uji?” [Qs. Al Ankabut: 2]

i]. Bibit unggul berasal dari proses. Dari sumber yang baik, menghasilkan yang baik. “Sesungguhnya Allah tidak melihat rupa dan hartamu, tapi Allah melihat hati dan amalmu.” [Hadis]

j]. Tanaman akan baik bila dirawat, diberi pupuk, disiram dengan air, diberi cahaya, diberi suplemen agar tahan dari hama dan perubahan cuaca.

k]. Hati-hati ladang tetangga lebih indah tampaknya. “Janganlah kamu iri hati terhadap apa yang dikaruniakan Allah pada sebagian kamu lebih banyak dari sebagian yang lain.” [Qs. 4: 32]

Cobalah mengawali ilmu menanam dan tuai ini dari anda, you are the first. Anda sebagai the example man. Anda yang siap menerima resiko. Anda memahami terlebih dulu. Anda yang mau mendengar. Anda yang mau memberi lebih. Anda yang bersyukur atas apa yang diperoleh. Anda yang memiliki harapan. Anda yang memiliki ide dan kreatif. Anda yang peka pada perubahan.
Anda yang mau mencoba dan terus mencoba. Anda yang tak henti-hentinya belajar. Anda yang berbagi. Anda yang tak menunda-nunda pekerjaan sampai esok hari. Anda yang bangkit dari kesalahan. Anda yang senantiasa dekat dengan Allah SWT. Dan akhirnay anda yang mampu mengatur sikap positif.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Selama anda membaca tulisan dalam blog ini, maka silahkan komentari.