“Riba itu ada tujuh puluh macam dosanya, dan riba yang paling ringan dosanya seperti dosanya seseorang yang berzina dengan ibunya sendiri.” (HR. Ibnu Majah, Al Baihaqi).
Secara bahasa, riba berarti tambahan. Secara istilah, riba adalah hutang piutang atau pinjam meminjam uang atau barang dengan syarat ada pungutan bunganya. Dalam prakteknya, riba banyak merugikan peminjam atau penghutangnya.
Allah SWT melarang keras orang yang memakan riba, sebab riba itu merugikan orang lain. “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memakan riba yang berlipat ganda dan bertakwalah kamu kepada Allah supaya kamu mendapat keberutungan.” (QS. Ali Imron [3] : 130)
Dalam kehidupan sehari-hari, riba seoalah menjadi sesuatu yang lumrah untuk dilakukan. Perasaan risih, bersalah bahkan berdosa seolah hilang. Tak lagi merasa bahwa riba akan membuat Allah SWT Yang Maha Kaya murka dan menghilangkan segala keberkahan.
Terkait dengan hal di atas, Nabi SAW bersabda, “Tidak akan merata riba pada suatu kaum kecuali akan merata pula penyakit gila pada mereka. Tidak akan merata zina pada suatu kaum kecuali akan merata pula kematian pada mereka. Dan jika suatu kaum itu telah curang dalam takaran dan timbangan, maka Allah (pasti) akan menghalangi mereka dari keberkahan.” (HR. Ibnu Majah).
Biasanya, orang nekad memakan riba karena kurang bersabar saat menerima ujian akibat himpitan dalam bidang ekonomi. Padahal Allah SWT telah menjadikan bumi ini luas baginya untuk mencari rejeki dengan jalan yang halal lagi baik.
Orang yang makan riba hingga akhir hayatnya, tidak akan pernah merasakan nikmatnya surga, kecuali dia bertaubat. Nabi SAW menegaskan, “Ada empat golongan manusia yang tidak masuk surga dan merasakan kenikmatannya yaitu; peminum khamer, pemakan riba, pemakan harta anak yatim dengan cara tidak sah, dan durhaka kepada ibu bapak kecuali mereka mau bertaubat.” (HR. Bukhari)
Jadi, jika kita ingin selamat di dunia dan akhirat, maka tak ada jalan lain dalam hidup ini kecuali mengikuti Alqur’an dan Assunnah, termasuk dalam hal mencari makanan yang halal.
Ingat saudaraku, sekali memakan riba tetaplah riba. Karena itu, bersabar atas himpitan ekonomi di dunia lebih baik dari pada menjadi golongan yang celaka di akhirat kelak. Wallahua’lam.
Selasa, 12 Januari 2010
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Selama anda membaca tulisan dalam blog ini, maka silahkan komentari.