Jumat, 08 Januari 2010

Kasih Sayang Rasulullah SAW

Oleh Bahron Anshori

Kasih sayang Rasulullah saw kepada umatnya tiada taraa. Banyak fenomena yang dapat dijadikan bukti betapa Rasullah saw teramat menyayangi umatnya. Tentunya kita semua masih ingat bagaimana keadaan bangsa Arab sebelum kedatangan Rasulullah saw yang membawa dan menyebarkan ajaran Islam. Mereka adalah umat yang bejat akhlaknya, rusak moralnya. Bangsa Arab pada masa jahiliyah terbiasa mengubur bayi-bayi perempuan mereka hidup-hidup tanpa belas kasihan karena dianggap sebagai aib. Perjudian, mabuk-mabukan, buka-bukaan aurat, dan segala bentuk kemaksiatan menjadi santapan sehari-hari bangsa Arab pada masa jahiliyah.

Lalu ketika Rasulullah Muhammad saw datang dengan membawa ajaran Islam, bangsa Arab pun berangsur-angsur berubah menjadi bangsa yang berakhlak mulia. Wanita yang dulu senantiasa dianggap rendah, kini menjadi mahkluk yang dimuliakan.

Perjuangan Rasulullah saw dalam menyebarkan Islam di tanah Arab dan memperbaiki akhlak bangsa Arab pun bukanlah satu perjuangan yang mudah dan singkat, tetapi merupakan satu perjuangan panjang yang sangat berat. Hinaan, cacian, makian, terror dan percobaan pembunuan, semua telah dialami oleh Rasulullah saw ketika berdakwah untuk menyebarkan ajaran Islam di tanah Arab tersebut. Dalam perjalanan dakwahnya, Rasulullah saw pernah diludahi, pernah pula gigi beliau patah karena kezaliman orang-orang kafir pada saat itu. Rasulullah saw pun pernah dan sering terlibat peperangan, bahkan peperangan besar yang tidak seimbang, namun Rasulullah saw pantang menyerah dan senantiasa menjadi pemenang hingga terciptalah bangsa Arab yang jauh lebih beradab.

Andaipun pada saat itu Rasulullah saw menyerah untuk menyampaikan ajaran Islam karena berbagai perbuatan zalim yang dilakukan kepada beliau, mungkin saat ini kejahiliyahan dan kemaksiatan masih menjadi santapan utama umat manusia, dan siap menghantarkan mereka ke jurang neraka. Namun Rasulullah saw tidak demikian, kasih sayang beliau kepada umat telah membuat beliau bertahan untuk terus berusaha menyampaikan kalam-kalam Allah swt kepada umat manusia.

Pernah suatu ketika Rasulullah saw mendatangi kota Thoif untuk mengabarkan bahwa tiada Tuhan selain Allah swt. Namun apa yang terjadi? Penduduk Thoif langsung saja melemparinya dengan batu sebelum Rasulullah saw selesai menyampaikan risalahnya. Akibat perbuatan penduduk Thoif tersebut, Rasulullah saw pun berlari dengan luka-luka yang cukup parah, bahkan Rasulullah saw sampai harus kehilangan giginya karena patah.

Mengetahui hal tersebut, Malaikat Jibril pun segera turun dan menawarkan bantuan kepada Rasulullah saw. Malaikat Jibril berkata, “Wahai kekasih Allah, apa yang kau ingin aku lakukan terhadap mereka. Jika kau mau aku akan membalikkan tanah yang menopang mereka sehingga mereka hilang tertelan bumi?”

Seandainya Rasulullah saw menerima tawaran Malaikat Jibril untuk membalikkan tanah yang menopang wilayah penduduk Thaoif, maka bereslah sudah kejahatan penduduk Thoif tersebut. Namun sekali lagi, kelembutan hati dan besarnya rasa kasih sayang di dalam hati Rasulullah saw kepada umatnya tidak mengizinkan hal tersebut. Rasulullah saw tetap bersabar dan menerima perlakuan penduduk Thoif tanpa rasa benci, kemudian beliau berkata kepada Malaikat Jibril:

“Jangan wahai Jibril. Mereka melakukan itu karena mereka belum tahu. Mungkin hari ini mereka menolak ajaranku, tapi aku berharap anak cucu mereka di kemudian hari akan menjadi pengemban risalahku.”

Subhanallah, betapa besar kasih sayang Rasulullah saw kepada umatnya, sampai-sampai ia pun tidak mau menyakiti orang-orang yang telah menyakitinya, justru ia tetap mengharapkan mereka agar suatu saat dapat berubah (beriman kepada Allah swt).

Sebagai bentuk kasih sayang beliau kepada umat, Rasulullah saw pun senantiasa berwasiat kepada para sahabat dan umatnya untuk senantiasa berbuat baik. Beliau memberikan contoh dan menjadi contoh. Bahkan dalam peperangan pun Rasulullah saw juga melarang umatnya untuk bertindak berlebihan; membunuh anak-anak, wanita, orang-orang tua (lansia), dan orang-orang yang lemah atau tidak berdaya.

Rasulullah saw adalah seorang pemimpin umat yang senantiasa dapat merasakan penderitaan yang dirasakan oleh umatnya.

“Sesungguhnya telah datang kepadamu seorang rasul dari kaummu sendiri, berat terasa olehnya penderitaanmu, sangat menginginkan (keimanan dan keselamatan) bagimu, amat belas kasihan lagi penyayang terhadap orang-orang mukmin.” (QS. At-taubah (9) : 128)

Sebagai bentuk kasih sayang kepada keluarga dan umatnya, Rasulullah saw pun memberikan contoh dalam kehidupan berkeluarga. Meskipun seorang Rasulullah yang dimuliakan dan panglima perang yang disegani oleh kawan dan lawan, namun Rasulullah saw biasa mengerjakan pekerjaan rumah. Beliau terbiasa membantu istri-istri beliau untuk mencuci, menambal, pakaian atau menambal perabot rumah tangga. Beliau melakuan itu tanpa rasa malu sebagai apresiasi kasih sayang beliau kepada istri-istri beliau, dan sebagai contoh bagi umatnya untuk senantiasa saling membantu dan menyayangi. Besarnya kasih sayang Rasulullah saw kepada keluarganya juga terwujud dalam sabda beliau yang memerintahkan kepada umatnya untuk senantiasa bersikap baik kepada keluarganya.

”Yang terbaik diantara kalian adalah yang terbaik kepada keluarganya dan aku adalah yang terbaik kepada keluargaku diantaramu” (H.R. Tirmidzi)

Kasih sayang Rasulullah saw kepada umatnya tidak dapt diukur dengan harta ataupun tahta. Kasih sayang Rasulullah saw sepanjang zaman, hingga pada datik-detik akhir dari kehidupannya pun Rasulullah saw senantiasa memikirkan dan menyebut-nyebut umatnya … Ummati … ummati … Ummati …

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Selama anda membaca tulisan dalam blog ini, maka silahkan komentari.