Menangisi salah seorang anggota keluarga yang meninggal dunia adalah suatu kewajaran. Sementara nihayah ialah meratapi orang yang meninggal dengan suara tangis yang berlebihan atau menampar-nampar pipi, mencakar muka, merobek-robek baju semata-mata karena tidak terima atas kehendak Allah SWT atas kematian salah seorang keluarganya.
Nihayah, masih sering kita jumpai di tengah kehidupan masyarakat. Perbuatan nihayah ini sangat dilarang dalam Islam. Banyak hadis Rasulullah SAW yang melarang perbuatan itu. Salah satu sabdanya, "Bukan termasuk dari golongan kami orang yang menampar-nampar pipinya, merobek-robek sakunya dan berdoa dengan cara jahiliyah." (HR. Al Bukhari)
Nihayah juga merupakan salah satu tanda kekufuran seorang hamba. Rasul SAW bersabda, "Dua tanda pada manusia yang dengannya mereka menjadi kufur yaitu cercaan pada keluarga dan meratapi mayat." (HR. Muslim)
Menangisi orang yang mati dengan melampaui batas kewajaran sehingga seolah-olah tidak menerima ketentuan Allah yang berlaku bagi setiap orang yang meninggal dunia adalah perbuatan yang dilarang. Namun jika sekedar menangis dan bersedih hati tidak termasuk perbuatan nihayah, sebab sedih dan tangis merupakan fitrah setiap manusia.
Rasulullah SAW pun pernah menangis ketika putra kesayangannya, Ibrahim wafat. Ketika ditanya mengapa menangis, Rasulullah SAW bersabda, "Sungguh, mata ini dapat melinangkan air mata dan hati merasa sedih dan kami tak mengucapkan kecuali kata-kata yang diridhai Tuhan kami." (HR. Bukhari)
Ditinggal mati oleh orang yang kita cintai memang terasa begitu pedih. Tapi, siapa saja yang menerima ujian dari Allah (kematian anggota keluarga) itu dengan sabar, niscaya Allah SWT akan memberi pahala yang cukup kepadanya di akhirat kelak.
Rasulullah SAW bersabda, "Tiada satu pun musibah yang menimpa orang beriman kecuali Allah SWT akan menghapus dosanya meskipun hanya seujung duri mengenai dirinya." (HR. Muslim)
Begitu juga bagi orang tua yang ditinggal mati oleh anaknya, lalu ia tidak berbuat nihayah tapi justeru memuji Allah SWT, maka ia akan masuk surga. Nabi SAW bersabda, "Siapa saja dari umatku yang ditinggal mati oleh anaknya baik laki-laki atau perempuan sedang keadaan mereka keduanya itu belum baligh (dewasa), maka ia akan masuk surga." (HR. Ibnu Abbas)
Bahkan Allah SWT akan membuatkan rumah di dalam surga bagi orang tua yang sabar ketika buah hatinya dipanggil oleh Allah SWT. Rasulullah SAW bersabda, "Bila anak seorang hamba Allah wafat, niscaya Allah berfirman kepada malaikat, "Kamu telah mencabut nyawa seorang anak hamba-Ku?" Malaikat menjawab, "Dia memuji-Mu, ya Allah dan minta dikembalikan kepada-Mu." Allah berfirman, "Dirikanlah rumah di surga untuk seorang hamba-Ku ini dan namailah rumah itu dengan "BAITUL HAMDI". (HR. At Tirmidzi, Ibnu Hibban). Wallahua'lam
Selasa, 12 Januari 2010
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Selama anda membaca tulisan dalam blog ini, maka silahkan komentari.