Selasa, 12 Januari 2010

Tragedi Terbesar Bagi Dunia Islam

Satu peristiwa tragis yang merupakan tragedi terbesar bagi Dunia Islam yang dilupakan oleh Umat Islam adalah peristiwa 3 Maret 1924, secara resmi kekhilafahan Islam dibubarkan oleh seorang pemberontak bernama Mustafa Kamal Attatruk, seorang pencetus dan pendiri gerakan politik Al-Ittihad wa al-Taraqqi pada tahun 1909 yang bersifat Nasionalis Sekuler.


Walaupun samar, gerakan politik yang diusungnya secara umum mengemban misi penghapusan Dinul Islam dari muka bumi ini. Bagaimana umat Islam yang sejak awal telah hidup berjama’ah, bersatu di bawah seorang pemimpin/khalifah menjadi berpecah belah. Adapun misi yang mereka embank adalah menjauhkan diri (muslimin) dari kesatuan dan persatuan Islam dan Umat Islam. Menghancurkan kekhilafahan dunia Islam, dan memperjuangkan Turki menjadi Negara sekuler.

Ternyata Mustafa Kamal Attatruk adalah seorang Yahudi agen Inggris. Sejak itu Mustafa Kamal Attatruk meghapus seluruh institusi keagamaan. Undang-undang berdasyarkan syare'at Islam diganti dengan hukum adat ( Syari'at Atiqat ) bahkan kemudian diganti seluruhnya dengan hukum positif model Swis dan Hukum Pidana ala Italia. Hari libur Jum'at diganti menjadi Hari Minggu. Kalender hijriyah diganti menjadi kalender meladia. Jumlah Masjid dan Khatib dibatasi, bahkan menutup dua masjid kebanggaan di Istambul, Masjid Raya Al-Fatih yang kemudian dijadikan gudang. Dan Masjid Aya Shopia dijadikan Musium.

Westernisasi digalakkan di seluruh negeri. Poligami dan jubah/jilbab diganti dengan pakaian model barat. Huruf arab dihapus diganti dengan huruf latin, demikian juga bahasa Arab.[Sejarah dan Kebudayaan Islam Imperium Turki Usmani, Prof. Dr. Ahmad Syalabi Alih Bahasa .Aceng Bahauddin, Cet 1. 1988, Penerbit Kalam Mulia Jakarta]

Inilah keberhasilan perjuangan Yahudi dengan konspirasi Barat yang sangat "gemilang" yang tercatat dalam sejarah dan merupakan tragedi terbesar bagi dunia Islam. Karena sejak masa kenabian yang dilanjutkan masa Khulafaur Rasyidin / khilafah 'ala minhajin Nubuwwah, hingga masa kekhilafahan Bani Umayah, Bani Abbasiyyah dan kekhilafahan Turki Utsmani selama 13 abad lamanya umat Islam selalu hidup terpimpin, kekhilafahan menjadi sebuah institusi yang memberikan perlindungan dan pelayanan umat tidak saja kepada umat islam tetapi juga bagi umat umat non muslim lainnya. Wilayahnya pernah meliputi hampir 2/3 bagian dunia.

Dengan kekhilafahan terbukti mampu menyatukan semua etnis dan melebur panatisme (ashobiyah) kebangsaan yang sempit. Mereka diikat oleh suatu ikatan yang kokoh (urwatul wutsqo) yang disebut dengan ukhuwah Islamiyah yang dilandasi pada aqidah Laa ilaaha illallah. Padahal wilayahnya meliputi berbagai bangsa di dunia, sebelah utara meliputi wilayah Kaukasus sampai semenanjung Krimea, sebelah timur meliputi Xinjiang, wilayah China barat, sebelah barat meliputi Timur Tengah, Mesir, Afrika Utara sampai Maroko dan Spanyol. Di sebelah selatan sampai ke India dan Asia selatan.

Hingga masa puncak kejayaan pada masa kekhilafahan, sekitar tahun 800 M s/d 1600 M mampu membawa kesejahteraan umat dan kebangkitan sains dan teknologi serta kemajuan peradaban umat manusia, yang nyata menjadi konstribusi (sumbangan) terbesar dan sangat berarti bagi peradaban, sains dan teknologi di abad millennium ketiga ini, sehingga sulit pada saat itu mencari orang yang mau menerima zakat.

Carlenton.S menyatakan : "Peradaban Islam merupakan peradaban yang paling besar di dunia yang sanggup menciptakan sebuah "Negara Adidaya Kontinental"(Continental Super State) yang terbentang dari satu samudra kesamudra yang lain. Tentaranya merupakan gabungan dari berbagai bangsa yang melindungi perdamaian dan kemakmuran yang belum pernah dikenal sebelumnya. Runtuhnya system kekhilafahan di Dunia Islam melahirkan berbagai macam krisis tidak hanya meimpa Umat Islam tetapi juga terhadap Umat manusia di dunia, pertentangan kelas, ketidak adilan dan kejahatan kemanusiaan terus bergulir semakin merebak menjadikan dunia terus bergolak tiada henti.

Dunia Tanpa Khilafah

Konspirasi jahat Yahudi dan Imperalis Barat tidak hanya sampai pada tumbangnya Kekhilafahan bagi Dunia Islam, strategi berikutnya dilanjutkan dengan upaya penaklukan dunia Islam, melewati penyerbuan Imperalisme dan Kolonialisme barat ke Negri-negri Islam dengan dua sasaran utama ya'ni; pertama, mengexploitir kekayaan dan sumber daya alamnya. Kedua, menghancurkan Islam dengan Westernisasi melewati Ghazwul Fiqri (perang intelektual).Penyebaran paham Sekularisme dan Liberalisme, tujuannya tidak lain adalah deislamisasi dalam praktek kehidupan dan menggantinya dengan pola pikir sekuler dan liberal.

Dalam hal ini konspirasi jahat kaum Imperalisme bekerja sama dengan kaum salibis yang sangat ambisius untuk memurtadkan Umat Islam. Sebelum perang dunia pertama Eropa telah membagi Dunia untuk mereka menurut Veit Valentin. Koloni (daerah jajahan) Inggris berjumlah 50, Perancis 22 koloni, Belanda 4 koloni, Portugis 8 koloni, Spanyol 4 koloni, Rusia 4 koloni, Amerika serikat 5 koloni, Itali 4 koloni, Denmark 5 koloni, dan Jerman 8 koloni.

Meskipun dasar "Supermasi putih" keserakahan ekonomi adalah factor-faktor penting yang mendorong perkembangan imperalisme, namun factor utama adalah nafsu jahat untuk membasmi Islam. Meskipun tujuan ekonomi makin mendesak tujuan Agama, (namun) menduduki negara–negara Islam oleh Eropa (Barat) berarti permulaan dari suatu usaha dasyat untuk mengkristenkan rakyat-rakyat Asia dan Afrika, seperti dikatakan oleh Livingstone : " Tujuan dan akhir dari penaklukan geographis adalah permulaan perusahan misi Kristen,"[Menaklukkan Dunia Islam, dr. O.Hashem, cet pertama 1968]

Lembaran sejarah hitam kemanusiaan yang ditoreh berlumuran darah oleh konspirasi imperalisme Barat dan gereja ini sering dilupakan oleh Umat Islam, bahwa kaum Salibis atau Misionaris dalam mengembangkan agama Kristen di Negeri-negeri Islam adalah bersama-sama dengan penyerbuan jahat Umum Imperalis dan Kolonialis Barat.

Seperti yang pernah dikatakan oleh Raja Muda dari GUA : " Orang-Orang Portugis telah memasuki India (negri jajahan, termasuk Malaysia dan Indonesia) dengan pedang ditangan kanannya dan salib ditangan kirinya, akan tetapi ketika mereka menemui terlampau banyak emas, maka salib itupun dilepaskan supaya tangan mereka dapat mengisi kantong-kantong mereka. [Th.Muller Kruger, Sejarah Gereja di Indonesia, Balai Penerbit Kristen. Jakarta 1959]

Maka tidak heran jika sikap dan prilaku Barat pada umumnya masih menyimpan watak Kolonialisme dan Imperalisme walau mereka tidak lagi menggunakan cara-cara kolonialisme dan imperialisme lama, karena dianggap tidak manusiawi dan melanggar HAM, berlawanan dengan pola pikir manusia–manusia modern, maka di abad Melanium ini mereka merubah pola Imperalis dan Kolonialisme dengan kemasan baru yang disebut dengan Globalisasi Perdagangan dunia di bidang ekonomi, padahal sebenarnya adalah pengejawantahan dari mega kapitalisme baru, sedangkan dibidang politik dan budaya mereka menggunakan Hegemoni sebagai cara untuk menanamkan pengaruh, terhadap negeri–negeri berkembang yang nota bene kebanyakan adalah Negeri-negeri Islam. Sebuah system penjajahan terselubung yang dipaksakan kepada Negara-negara miskin dan berkembang , intinya tetap sama yakni penguasaan dibidang politik, ekonomi dan budaya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Selama anda membaca tulisan dalam blog ini, maka silahkan komentari.