Oleh Bahron Anshori
Ajaran Islam tidak mengharamkan seratus persen terhadap pujian. Pujian bisa menjadi positif jika dilakukan secara tepat. Ia akan berubah menjadi motivasi dan dorongan yang kuat bagi seorang muslim untuk melakukan berbagai amal kebaikan. Nabi Muhammad sendiri banyak memberikan motivasi kepada sahabatnya dengan memberi pujian ini. Salah satu caranya adalah dengan memberi gelar atau nama julukan kepada para sahabatnya yang berprestasi.
Sahabat paling dekat yang selalu membenarkan apa saja yang datang dari Rasulullah, termasuk sesuatu yang tidak masuk akal seperti isra dan mi'raj, yaitu Abu Bakar, diberi gelar ash-Shiddiq. Gelar ini sangat populer sehingga banyak di antara sahabat yang memanggilnya cukup dengan menyebut gelarnya saja, misalnya 'Ya Ash-shiddiq'.
Umar bin Khaththab yang sangat dikenal keberaniannya dalam membela kebenaran diberi nama tambahan 'Al-Faruq', yang berarti pembeda. Disebut demikian karena Umar selalu tampil membawa kebenaran dan memperjuangkannya dalam keadaan bagaimanapun juga. Sikap itu menimbulkan rasa takut pada kalangan musuh, termasuk syetan.
Ali bin Abi Thalib mendapat gelar 'Baabul-'ilm', pintu ilmu pengetahuan. Sebutan ini pas dikenakan Ali karena keluasan ilmunya. Dalam sebuah hadits disebutkan, "'Aku,' kata Rasulullah, 'adalah gudangnya ilmu, sedangkan Ali adalah pintunya.'" Tak salah jika dalam masa pemerintahan Khalufa'ur-Rasyudin, ia selalu tampil sebagai penasehat khalifah, untuk kemudian pada gilirannya ia sendiri ditunjuk menjadi khalifah yang keempat.
Banyak lagi sahabat yang mendapatkan gelar kehormatan dari Rasulullah. Hamzah diberi gelar penghulu para syuhada, Khalid bin Walid diberi gelar saifuddin, pedang agama. Demikian juga sahabat lainnya. Masing-masing mendapat gelar sesuai dengan prestasinya.
Pujian yang diberikan oleh Nabi dengan cara seperti ini sangat positif dalam menumbuhkan rasa percaya diri. Sahabat yang menerima pujian ini tidak kemudian merasa sombong dan pongah, sebab terlebih dahulu Nabi telah menjajaki tingkat keimanannya. Pujian itu tidak meracuni dan merusak imannya, bahkan sebaliknya, justru memupuk dan menumbuhsuburkannya.
Dalam keadaan tertentu, pujian bisa bernilai sangat positif. Seorang anak akan merasa sangat senang jika dipanggil dengan sebutan yang baik seperti; ‘manis', 'sayang', 'kakak yang baik hati', atau sebutan-sebutan lainnya. Bahkan seorang istripun akan merasa bahagia jika suaminya memanggilnya dengan pujian yang baik. Itulah sebabnya Rasulullah sering memanggil istrinya, 'Aisyah dengan panggilan "Ya Khumaira", wahai permataku. Betapa tingginya penghargaan Rasulullah kepada istrinya. Suatu apresiasi yang luar biasa.
Sangat dianjurkan bagi kaum muslimin untuk memberikan pujian kepada orang lain di saat yang dipujinya itu tidak sedang berada di depannya. Menggunjingkan kebaikan orang lain itu sangat dianjurkan. Sebaliknya menggunjingkan keburukan teman merupakan perbuatan tercela dan dosa (Qs. Al-Hujuraat: 12).
catatan: tulisan ini sudah dimuat di Koran Republika, Kamis, 22/12/2009
Jumat, 08 Januari 2010
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Selama anda membaca tulisan dalam blog ini, maka silahkan komentari.